Relasi
Saya adalah seorang pemuda yang menjadi tuna rungu bukan karena bawaan lahir, tapi karena sakit. Pernah kecewa waktu tahu aku tidak bisa mendengar, sampai marah kepada Tuhan. Saya merupakan anak paling kecil, Saya memiliki seorang kakak perempuan. Saya belajar bahasa tuna rungu secara otodidak, karena Saya bersekolah di sekolah P***L*** untuk orang normal. Saya bisa belajar bahasa isyarat Tuna Rungu, karena Saya ikut kebaktian di Komisi Tuna Rungu GKI Pinangsia. Karena Saya memperhatikan penterjemah, yang juga tuna rungu, menerjemahkan kotbah dari bahasa normal ke bahasa isyarat. Mulanya Saya sangat kesulitan waktu belajar bahasa tuna rungu, sampai strees!!. Namun, Saya tidak mudah putus asa, aku terus belajar.
Saya memiliki latar belakang keluarga non Kristen, uniknya keluarga Saya memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda. Ada yang muslim(kakak), Kristen (mama), Katolik (saya ), Buddha (Papa). Tetapi saat ini Saya sudah berpindah keyakinan imannya kepada Tuhan Yesus Kristus, Saya sekarang telah menjadi Kristen. Awalnya Saya tidak mau ke gereja, mulanya Saya tidak percaya jika Yesus itu Tuhan. Saya sejak kecil sampai lulus sekolah selalu malas jika diajak ke gereja. Saya saat masih sekolah sempat marah sama Tuhan. Saya tidak bisa menerima keadaan diriku memiliki masalah dalam hal mendengar, aku bertanya mengapa Tuhan memberikan suatu kondisi yang sangat menyakitkan dalam diriku. Keluarga Saya cukup membantu memberikan penghiburan dalam kehidupan Yan, sekalipun Saya adalah anak yang memiliki kekurangan secara fisik, namun, orang tua Saya sangat membantu memberikan support dalam diriku. Orang tua Saya membantu memberikan semangat untuk Saya tidak menjadi kecewa. Orang tua Saya mengatakan bahwa Tuli tidak bisa menjadi penghalang bagi masa depan saya.
Saya memiliki seorang istri yang bernama S******. istrikulah yang pertama kali memberikan Saya semangat untuk mau mengenal Tuhan Yesus. Saya mengenal istriku dari teman sekolah dahulu. Setelah kami berpacaran, istriku terus memberikan Saya dorongan untuk Saya mau ke gereja. sang istri sebenarnya berjemaat di gereja A*****, tetapi Saya diajak oleh beberapa teman sekolahnya dulu untuk mengikuti ibadah di Komisi Tuna Rungu, GKI Pinangsasia
Saya banyak belajar mengena siapakah Tuhan Yesus pada saat di mulai beribadah di Komisi Tuna Rungu, GKI Pinangsasia. Saya terus belajar firman Tuhan, sambil Saya juga mempersiapkan diri untuk pernikahan. Saya memutuskan atestasi ke gereja GKI Pinangsasia, dari Katolik untuk masuk menjadi Kristen. Selama beribadah di Komisi Tuna Rungu, Saya bisa bertemu dengan banyak teman sekolah lamanya, dan bisa tambah teman-teman tuna rungu yang baru. Selama beribadah di Komisi Tuna Rungu GKI Pinangsia, Saya merasa lebih bisa mengerti isi kotbah, dikarenakan ada yang menerjemahkan. Dengan demikian Saya sangat terbantu bisa memahami firman Tuhan cukup baik, dan itu membantu pertumbuhan iman Saya juga.
Meskipun Komunitas Tuna Rungu sangat membantu Saya bisa semakin mengenal Tuhan Yesus, namun, bukan tiada kelemahan. Di tengah-tengah relasi diatara Saya dengan rekan-rekan di Komisi Tuna Rungu, ada juga masalah dalam komunikasi diantara mereka. Saya mengalami kendala juga untuk bisa mengerti komunikasi antara dirinya dengan teman2x KTR. Karena Saya sebenarnya selama sekolah, sudah dibiasakan berkomunikasi dengan orang normal, dengan cara tanpa memakai bahasa isyarat. Selama Saya beribadah di Komisi Tuna Rungu, Saya memiliki banyak kesempatan untuk bisa belajar bagaimana melayani Tuhan. Saya bisa terlibat dalam beberapa kegiatan pelayanan di Komisi Tuna Rungu, dan juga mengetahui program-progran kegiatan di Komisi Tuna Rungu. Setelah Saya menikah tantangan untuk bisa beribadah ke GKI Pinangsia mulai muncul, apalagi setelah Saya dan istri dikaruniai seorang anak Saya jadi jarang ke gereja GKI Pinangssia. Kesulitan Saya dikarenakan harus membantu istri mengurus anaknya.
Kondisi sulitnya Saya bisa beribadah ke GKI Pinangsia juga ditambah karena jarak rumah Saya yang jauh dari gereja. Sebelum Saya memiliki anak, mereka biasa datang ke gereja naik motor, tetapi setelah memiliki anak, orang tua melarang kami naik motor dengan jarak yang jauh, karena demi keamanan. Awalnya setelah Saya memiliki anak, mertua antar Saya ke GKI Pinangsia naik mobil mereka. Namun, karena harus antar Saya ke GKI Pinangsia dahulu, mertua Saya justru jadi terlambat beribadah, apalagi mereka juga ada pelayanan di gereja mereka. Karena itu akhirnya mertua Saya memutuskan kami sekeluargga ikut mertua beribadah ke A**** . Saya sekarang sedang belajar SPK (Saya Pengikut Kristus), dan Pria Sejati. Nanti kalau sdh banyak yang dipahami, Saya akan coba bantu teman KTR juga belajar dua hal tersebut.
Saya memiliki kerinduan setelah belajar SPK dan Praku Sejati, Saya mau membantu teman2x Komisi Tuna Rungu untuk belajar juga. Karena Saya sayang teman-temannya. Bagi Saya teman-teman di Komisi Tuna Rungu sudah seperti saudaranya, Saya merasa mereka senasib sepenanggungan, sama-sama Tuna Rungu.